Indonesia.go.id - Arena Penguatan Identitas Regional

Arena Penguatan Identitas Regional

  • Administrator
  • Jumat, 13 Desember 2019 | 02:00 WIB
SEA GAMES 2019
  Tim voli putra Indonesia melakukan selebrasi setelah meraih emas SEA Games 2019 Filipina di Philsports Arena, Metro Manila, Selasa (10/12/2019). Foto: BOLASPORT/Delia Mustikasari

Raihan emas Kontingen Indonesia jauh melampaui target. Tapi, sumbangan dari arena renang dan atletik masih minim. Evan Dimas dkk memberi harapan baru. Tuan rumah biasa panen di cabang regional dan new sports.

Bonus telah disiapkan. Nilainya Rp200 juta untuk peraih medali emas perorangan, Rp100 juta untuk perak, dan Rp60 untuk medali perunggu. Bagi peraih medali nomor ganda semacam badminton atau tenis berbeda lagi, yakni Rp160 juta untuk emas, Rp80 juta untuk perak, dan Rp48 juta untuk perunggu. Sementara itu ada perhitungan tersendiri untuk nomor beregu dan para pelatih.

Sea (South East Asia) Games 2019 di Manila, yang berlangsung 30 November-11 Desember, berakhir. Hasilnya, kontingen Indonesia yang berkekuatan sekitar 1.300 atlet, pelatih, dan official, bisa meraih 72 medali emas, 83 perak, dan 111 perunggu. Indonesia bertengger di posisi empat di bawah tuan rumah Filipina, Vietnam, dan Thailand. Pesertanya 11 negara.

Dari 266 medali emas Sea Games 2019 Manila, dari 56 cabang olah raga, praktis hanya terdistribusi ke enam kontingen Filipina, Vietnam, Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Selalu begitu selama bertahun-tahun. Pada 2019 ini, Kontingen Indonesia mampu memenuhi target KONI meraih 50 medali emas, guna memperbaiki prestasi sebelumnya, yakni pada Sea Games 2017 Kuala Lumpur yang hanya meraih 38 medali emas dari 406 keping yang dipertandingkan.

Namun, harapan Presiden Jokowi agar Kontingen Indonesia meraih posisi kedua gagal terwujud. Dari 25 cabang utama yang diikuti kontingen Indonesia, hanya 18 yang bisa mempersembahkan medali emas. Sejumlah cabang lainnya, terutama cabang baru seperti soft tennis, obstackle (halang rintang), kurash, sambo, e-sport, dan underwater hockey, juga belum banyak menghasilkan emas bagi Indonesia.

Sea Games memang bukan arena pesta olah raga biasa. Semangat regional pun mengemuka, dan tuan rumah dihormati untuk memilih cabang dan nomor olah raga yang akan digelar. Pada Sea Games 2011 di Jakarta dan Palembang, sebagai tuan rumah Indonesia menggelar 44 cabang, memborong 182 emas-70 keping lebih banyak dari peringkat dua Thailand. Pada event berikutnya, Sea Games 2013 di Nay Pyi Taw, tuan rumah Myanmar meraih 84 medali emas, dan menempati peringkat dua di bawah Thailand, hal yang sebelumnya tak pernah terjadi.

https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1576228675_SEA_GAMES_2019.jpg" />

Pada Sea Games 2019 ini misalnya, tuan rumah Filipina menyajikan 15 cabang baru, yang belum pernah dipertandingkan pada  gelaran sebelumnya. Ke-15 cabang baru tersebut adalah kurash (seni bela diri), e-sport, skateboard, basket 3x3, arnis (bela diri), underwater hockey, lawn bowling, obstacle course, netball, sambo, wakeboarding, kickboxing, floorball, surfing, jiu-jistu.

Digelar sebagai ajang untuk menjalin persahabatan di antara bangsa-bangsa Asia Tenggara, pesta olah raga itu pada mulanya disebut sebagai SEAP Games (Southeast Asian Penninsular Games). Ketika kali pertama digelar pada 1959, pesertanya adalah Malaysia, Thailand, Burma (kini Myanmar), Laos, Kamboja, dan Vietnam Selatan. Berikutnya, Singapura masuk.

Format Sea Games dimulai 1975. Indonesia dan Filipina masuk dan memulai debutnya pada 1977, disusul Brunei, kemudian Vietnam (pascapengggabungan Utara dan Selatan pada 1975). Timor Leste menjadi anggota termuda. Tuan rumahnya diatur bergiliran, disesuaikan kesiapan masing-masing. Sea Games mengukuhkan identitas Asean sebagai sebuah komunitas regional.

Arena  Sea games itu digelar di bawah naungan Federasi Pesta Olahraga Asia Tenggara (Southeast Asian Games Federation) dan dalam pengawasan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Dewan Olimpiade Asia (OCA). Karenanya, catatan prestasi di Sea Games akan diakui oleh Komite Olimpiade.

Meski demikian, Sea Games punya keleluasaan untuk tak sepenuhnya mengikuti pola Olimpiade atau Asian Games. Pada arena Sea Games ada tiga kategori perlombaan dan pertandingan, yakni Kategori I compulsory sports (olah raga wajib), yaitu atletik yang keseluruhan memperebutkan 47 medali emas (putra dan putri), dan aquatik seperti renang, polo air, dan open water swimming. Kategori 2 adalah perminan/pertandingan standar Olimpiade atau Asian Games.

Dalam Kategori 2 ini ada sub-katagori team sports seperti sepak bola, voli dan voli pantai, bola basket, sepak takraw, hoki, canoe, dan seterusnya. Ada pula sub-kategori combat sports seperti tinju, karate, judo, taekwondo, wushu, serta beberapa lainnya. Yang terakhir sub-kategori individual sports seperti bulu tangkis, tenis, tenis meja, panahan, menembak, dayung, dan seterusnya. Baru Kategori 3, yakni regional and new sports ada semacam e-sport, kurash, sambo, dan seterusnya. Para atlet pun beradu ketangkasan untuk menjadi yang terbaik.

Namun, bagi negara-negara Asean, Sea Games sendiri bukanlah arena untuk mepertaruhkan segalanya. Semangat kebersamaan lebih diutamakan. Maka, pada Sea Games 2019 itu tak semua atlet nomor satu terjun ke arena. Sprinter utama Indonesia Lalu Mohammad Zohri tak diterjunkan meski punya peluang meraih emas di nomor lari 100 m dan 200 m. Pebulu tangkis Jonathan Christie dan Anthony Ginting tak diterjunkan di nomor perseorangan. Mereka hanya turun di nomor beregu. Bahkan, ganda putra terbaik dunia Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo tak ikut ke Manila.

Kontingen beruntung bila punya atlet-atlet yang jagoan di cabang-cabang kelas olimpiade seperti atletik dan renang. Di atletik saja tersedia 47 medali emas (putra putri) dan di cabang renang ada sedikitnya 40 keping emas. Pada era 1980-an, Indonesia sangat diperhitungkan dalam cabang atletik dan renang, tapi konstelasi berubah. 

Di Manila, Indonesia hanya meraih lima emas atletik dan satu dari kolam renang. Di cabang team sports, tim-tim Indonesia secara umum kurang bersinar. Sepak takraw dan basket hanya sampai semifinal. Tim voli putra sampai ke babak final, tapi takluk dari Filipina.

Di cabang olah raga terfavorit sepak bola, Osvaldo Hay, Evan Dimas, Egi Maulana Vikri, dan kawan-kawan secara mengejutkan dapat menyingkirkan Thailand di babak penyisihan grup, mengalahkan Myanmar di semifinal, namun kandas 0-3 dari tim tangguh Vietnam di babak final. Toh, prestasi ini bisa memberikan harapan di tengah kinerja sepakbola nasional yang merosot beberapa tahun terakhir.

Pada era baru ini, prestasi olah raga memang tidak lagi bergantung pada pembinaan pemerintah. Peran serta masyarakat olah raga sangat menentukan hasil, dan itu yang menjadi menyangga di cabang bulu tangkis, di mana pamor Indonesia terus bertahan di petas dunia, dari waktu ke waktu. (P-1)